Banda Aceh (AJP) – Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri melakukan kunjungan kerja ke Tanah Rencong sejak kemarin.
Dalam kunjungan itu, ia menyempatkan diri untuk ngopi bareng bersama para wartawan di Sekretariat Bersama (Sekber) Banda Aceh, Kamis (9/10/20223) malam.
Namun, hal ini tidak terjadi di lokasi. Diduga pengawal Firli Bahuri mengintimidasi dua orang wartawan televisi yakni Umar (40) dari Kompas TV dan Nurmala dari Puja TV.
Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Munir Noer mengungkapkan, peristiwa itu berawal saat kedua wartawan datang ke Sekber usai mengetahui keberadaan Firli.
Tiba di Sekber, Umar melihat Firli bersama rekan-rekan wartawan Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Aceh duduk semeja.
Sebagai seorang jurnalis, Umar langsung mengeluarkan id pers dan kamera dari tas langsung menghampiri Firli sambil memperkenalkan diri bahwa dia wartawan Kompas TV.
Umar menyampaikan niatnya ingin mewawancarai Firli terkait agenda kunjungan ke Aceh termasuk tanggapan terhadap tudingan Firli menyampaikan waktu dari panggilan Polda Metro, ucapnya, Jumat (10/11/2023).
Lalu Firli pun mengatakan bahwa dia enggan berkomentar terkait hal tersebut karena sedang makan duren. Umar pun menjawab akan menunggu Firli usai makan duren.
Tak lama setelah itu polisi pengamanan Firli langsung mengingatkan Umar untuk tidak boleh mengambil video dan foto, katanya.
Lalu Umar menjawab “siap bos saya lagi kerja, saya wartawan”. Sambil berjalan posisi badan membungkuk menjauh dari meja Firli yang duduk sejumlah wartawan dan pemilik media yang tergabung dalam JMSI,” jelasnya.
Tak lama setelah itu, Umar dihampiri polisi yang berpakaian preman dan meminta agar Umar menghapus foto pertemuan Firli. Umar pun menolak permintaan itu. Ia juga menanyakan hak yang bersangkutan meminta menghapus foto.
Lalu polisi itu menjawab “saya polisi dapat meminta saya menghapus foto itu”. Karena dipaksa buka galeri di handphone, Umar langsung menghidupkan rekaman rekaman suara (audio) di handphone, lalu Umar bertanya kepada polisi itu sambil buka galeri yang mana foto yang harus dihapus ,” kata Munir.
“Polisi itu pun ternyata tahu kalau Umar merekam audio kejadian, polisi itu juga meminta menghapus rekaman lalu Umar menolak menghapus audio,” katanya.
“Sambil menolak, Umar langsung mengirim audio itu ke grup kompas.com. Tujuannya sebagai barang bukti kalau dirinya telah diintimidasi oleh pengawal Firli,” sambungnya.
Insiden itu pun juga dikabarkan Umar kepada beberapa wartawan televisi yang tergabung dalam IJTI agar mereka segera ke lokasi untuk sama-sama meliput Firli.
Sebelumnya ada juga wartawan Puja TV bernama Nurmala mengalami intimidasi juga saat mengabadikan foto. Dia menghampiri Firli untuk meminta izin, Nurmala pun diminta paksa menghapus foto itu, kronologi ini juga terekam dalam audio, jelasnya.